Perkembangan Signifikan Ancaman Teror Sejak 9/11: Al-Qaeda, Warga AS dan Teroris

Para pejabat top negara kontraterorisme blak-blakan menyatakan bahwa ancaman aksi para teroris justru datang dari dalam – orang Amerika bersedia untuk melakukan tindakan teroris – tumbuh. Direktur FBI, Robert S. Mueller III, mengatakan kepada sidang Kongres (22 Sept. 2010) bahwa lonjakan kasus-kasus terorisme belakangan ini merupakan bukti langsung dari ancaman yang sedang berkembang.

“Kelompok-kelompok berafiliasi dengan al Qaeda sekarang aktif menargetkan Amerika Serikat dan ingin menggunakan orang-orang Amerika atau orang-orang Barat untuk tetap tidak terdeteksi oleh tindakan keamanan tinggi,” kata Mueller. “Tampaknya ekstremisme dan radikalisasi dalam negeri telah menjadi lebih jelas berdasarkan jumlah gangguan dan insiden.”

Mueller tampil di hadapan komite Senate Homeland Security and Government Affairs bersama dengan Sekretaris Department of Homeland Security Janet Napolitano dan kepala National Counterterrorism Michael Leiter.”Teroris-teroris dalam negeri ini mewakili segi baru dan perubahan ancaman teroris. Mata-mata teroris adalah warga Amerika Serikat dan warga radikal di Amerika Serikat” Kata Napolitano.

Semua para pejabat tersebut menitikberatkan pada serangkaian insiden baru-baru ini yang menunjukkan bahwa afiliasi dan asosiasi al Qaeda tersebut lebih aktif dari sebelumnya.

“Selama tahun lalu bangsa kita telah berurusan dengan perkembangan paling signifikan ancaman teroris terhadap Homeland sejak 9/11,” kata Leiter. “Ancaman serangan sekarang lebih kompleks, dan beragam ancaman menguji kemampuan kami untuk merespon, dan membuat ancaman itu sulit untuk diprediksi di mana serangan berikutnya akan datang.”

Serangan-serangan sebelumnya meliputi:

Kekacauan atas rencana untuk membom kereta bawah tanah di New York City oleh Najibullah Zazi, warga AS asli, September lalu.

Serangan di Ft Hood Texas oleh pria bersenjata Angkatan Darat, Mayor Nidal Hassan, yang mengakibatkan 13 orang tewas dan lebih dari 30 terluka.

Pada Hari Natal, Umar Farouk Abdulmutallab mencoba melakukan pemboman penerbangan Northwest Airlines 253 yang dicurigai berasal dari kelompok al-Qaeda dalam operasi Jazirah Arab.

Pada 1 Mei usaha pemboman di Times Square oleh Faisal Shahzad berhasil di hindari

Hassan, Abdulmutallab dan Shahzad semua diyakini memiliki link atau telah dipengaruhi oleh ulama Muslim radikal bernama Anwar Awlaki, seorang keturunan Yaman-Amerika yang telah pindah dari propagandis untuk al-Qaeda di Jazirah Arab untuk peran operasional, aktif dalam perencanaan serangan. Mereka bertiga tidak mungkin sendirian. Dalam dua tahun terakhir lebih dari 60 orang Amerika telah ditangkap atau dihukum atas tuduhan terorisme.

Tak lama setelah kasus Zazi terkuak, FBI melakukan serangkaian sengatan operasi yang menunjukkan peningkatan jumlah individu di AS bersedia untuk melakukan berbagai tindakan atas nama kelompok teroris.

Di Dallas, Hosam Maher Husain Smadi, seorang imigran gelap dari Yordania, menaruh sesuatu yang menurutnya bom dasyat di dalam sebuah mobil di tempat parkir sebuah bangunan kantor Dallas.

FBI juga menghubungkan tertanggapnya Michael Finton, yang menurut para ahli masuk Islam di penjara. Finton diduga mengendarai mobil yang ia percaya membawa satu ton bahan peledak dan diparkir di depan gedung pengadilan federal di Springfield, Illinois.

Senator Joseph Lieberman (I-CT), ketua panitia mengatakan, “Serangan-serangan dan lain-lain menunjukkan berbagai ancaman yang kami sekarang hadapi dari serigala-serigala tunggal.”

Leiter, kepala National Counterterrorism Center, mengatakan bahwa kelompok propaganda teroris di Internet sedang mengalami pengaruh dalam mendorong individu-individu di Amerika Serikat untuk melakukan aksi terorisme.

Menggambarkan kekuatan internet dan penggunaannya sebagai alat merekrut, Leiter mengatakan, “A blend of al Qaeda inspiration, perceived victimization, and glorification of past plotting, has become increasingly accessible through the Internet, and English-language websites are tailored to address the unique concerns of US-based extremists”. -ABCnews.Go.Com-